makalah herpes genitalis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Insidensi
infeksi herpes simplek virus, (HSV)
pada genital terus meningkat selama 20 tahun terakhir. Di sebagian besar tempat
di Inggris, hsv 2 merupakan tipe utama yang menyerang genital. Namun, HSV 1
merupakan tipe penyebab infeksi pada sekitar 50% pria dan wanita dengan herpes
genitalis primer. Pada sebagian besar kasus, jenis virus ini didapat melalui
kontak orogenital. Di Negara-negara maju, prevalensi antibody terhadap HSV 1
pada remaja telah berkurang, dan diperkirakan bahwa peningkatan insidensi
herpes genitalis mungkin mencerminkan tidak adanya proteksi terhadap HSV 2
apabila belum terjadi pajanan ke virus tipe 1 sebelumnya (Glasier, Anna, 2006)
Infeksi
asimtomatik sering terjadi. Lebih dari 80% dari mereka yang serumnya mengandung
antibody terhadap HSV 2 tidak memiliki riwayat infeksi. Transmisi dapat terjadi
apabila individu asimtomatik mengeluarkan virus ke dalam sekresi genitalnya (Glasier,
Anna, 2006)
Diperkirakan bahwa sebanyak 50 juta
orang-orang di Amerika terinfeksi dengan genital HSV. Genital herpes disebar
hanya dengan kontak langsung orang ke orang. Dipercayai bahwa 60% dari kaum
dewasa yang aktif secara seksual membawa virus herpes. Sebagian dari sebab
untuk angka infeksi tinggi yang berlanjut adalah bahwa kebanyakan wanita-wanita
yang terinfeksi dengan virus herpes tidak mengetahui bahwa mereka terinfeksi
karena mereka mempunyai sedikit atau tidak mempunyai gejala-gejala. Pada banyak
wanita-wanita, ada perjangkitan-perjangkitan "atypical" dimana
satu-satunya gejala mungkin adalah gatal yang ringan atau ketidaknyamanan yang
minimal. Lebih dari itu, lebih lama wanita itu telah mempunyai virus, lebih
sedikit gejala-gejala mereka punyai dengan perjangkitan-perjangkitan mereka.
Akhirnya, virus dapat melepaskan diri dari cervix kedalam vagina pada
wanita-wanita yang tidak mengalami segala gejala-gejala.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena
tersebut di atas, peneliti sangat tertarik untuk menulis tentang Herpes
Genitalis pada Ibu Hamil.
1.2 dentifikasi Masalah
Genital
herpes hanya dapat ditularkan langsung melalui kontak seksual, termasuk
ke-genital-genital, mulut-ke-genital, atau kontak dengan partner yang
terinfeksi. Sesekali, kontak oral-genital herpes mulut dapat menyebar ke alat
kelamin (dan sebaliknya). Individu dengan herpes aktif atau luka di sekitar
mulut mereka atau di alat kelamin mereka hanya terlibat dalam seks, melalui
vagina atau anus.
1.3 Masalah dan Permasalahan
Wanita
hamil terkeserang herpes bayi mempunyai risiko tinggi tertular. Virus dapat ditularkan
kepada janin melalui placenta selama kehamilan atau selama persalinan vaginal.
Pada infeksi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran, ketuban
penurunan pertumbuhan. Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina dengan
seorang ibu yang terinfeksi virus herpes. Bayi yang dilahirkan perempuan
mengalami serangan pada saat lahir, satu sampai empat persen menjadi terinfeksi
dengan herpes-simplex virus.
Setelah
infeksi, virus herpes membentuk suatu masa yang disebut latency, saat virus
yang ada dalam tubuh dari sel saraf dapat muncul (misalnya alat kelamin, mulut,
dan bibir) virus menjadi aktif lagi. Meskipun aktif, virus mulai kali (disebut
peluruhan) dan menjadi transmittable lagi. Peluruhan ini mungkin tidak disertai
oleh gejala. Selama reaktivasi, virus berpindah dari dalam sel saraf dan
diangkut melalui saraf ke kulit. Kemampuan virus herpes menjadi laten dan
reaktif menjelaskan jangka panjang, sifat herpes infeksi yang berulang.
Infeksi
ulang mungkin dipicu oleh haid, penyakit yang menyebabkan fevers, stres, sistem
kekebalan imbalances, dan penyebab lainnya yang tidak diketahui. Namun, tidak
semua pasien mengalami kejadian kedua.
1.4 Tujuan Pembahasan
Penulis bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya Herpes
Genitalis Pada Ibu Hamil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Herpes
Genitalis
Genital
herpes, juga umumnya disebut "herpes" adalah infeksi virus oleh herpes
simplex virus (HSV) yang ditularkan melalui kontak intim dengan
lapisan-lapisan yang ditutupi lendir dari mulut atau vagina atau kulit genital.
Virus memasuki lapisan-lapisan atau kulit melalui robekan-robekan mikroskopik.
Sekali didalam, virus berjalan ke akar-akar syaraf dekat sumsum tulang belakang
(spinal cord) dan berdiam disana secara permanen.
Ketika
seseorang yang terinfeksi mempunyai perjangkitan herpes, virus berjalan
menuruni serabut-serabut syaraf ke tempat dari asal infeksi. Ketika ia mencapi
kulit, kemerahan dan lepuhan-lepuhan (blisters) yang khas terjadi. Setelah
perjangkitan awal, perjangkitan-perjangkitan yang berikut cenderung menjadi
sporadik. Mereka mungkin terjadi mingguan atau bahkan tahunan berpisahan.
Dua
tipe-tipe dari virus-virus herpes berhubungan dengan luka-luka genital: herpes
simplex virus-1 (HSV-1) dan herpes simplex virus-2 (HSV-2). HSV-1 lebih sering
menyebabkan blisters dari area mulut sementara HSV-2 lebih sering menyebabkan
luka-luka genital pada area sekitar anus. Perjangkitan dari herpes berhubungan
erat pada berfungsinya sistim imun. Wanita-wanita yang mempunyai sistim-sistim
imun yang ditekan, karena stress, infeksi, atau obat-obat, mempunyai
perjangkitan-perjangkitan (outbreaks) lebih seringkali dan bertahan lebih lama.
Diperkirakan
bahwa sebanyak 50 juta orang-orang di Amerika terinfeksi dengan genital HSV.
Genital herpes disebar hanya dengan kontak langsung orang ke orang. Dipercayai
bahwa 60% dari kaum dewasa yang aktif secara seksual membawa virus herpes.
Sebagian dari sebab untuk angka infeksi tinggi yang berlanjut adalah bahwa
kebanyakan wanita-wanita yang terinfeksi dengan virus herpes tidak mengetahui
bahwa mereka terinfeksi karena mereka mempunyai sedikit atau tidak mempunyai
gejala-gejala. Pada banyak wanita-wanita, ada perjangkitan-perjangkitan
"atypical" dimana satu-satunya gejala mungkin adalah gatal yang
ringan atau ketidaknyamanan yang minimal. Lebih dari itu, lebih lama wanita itu
telah mempunyai virus, lebih sedikit gejala-gejala mereka punyai dengan
perjangkitan-perjangkitan mereka. Akhirnya, virus dapat melepaskan diri dari
cervix kedalam vagina pada wanita-wanita yang tidak mengalami segala
gejala-gejala.
Wanita hamil
terkeserang herpes bayi mempunyai risiko tinggi tertular. Virus dapat
ditularkan kepada janin melalui placenta selama kehamilan atau selama
persalinan vaginal. Pada infeksi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko
keguguran, ketuban penurunan pertumbuhan. Sekitar 30-50% bayi yang lahir
melalui vagina dengan seorang ibu yang terinfeksi virus herpes. Bayi yang
dilahirkan perempuan mengalami serangan pada saat lahir, satu sampai empat
persen menjadi terinfeksi dengan herpes-simplex virus.
Setelah
infeksi, virus herpes membentuk suatu masa yang disebut latency, saat virus
yang ada dalam tubuh dari sel saraf dapat muncul (misalnya alat kelamin, mulut,
dan bibir) virus menjadi aktif lagi. Meskipun aktif, virus mulai kali (disebut
peluruhan) dan menjadi transmittable lagi. Peluruhan ini mungkin tidak disertai
oleh gejala. Selama reaktivasi, virus berpindah dari dalam sel saraf dan
diangkut melalui saraf ke kulit. Kemampuan virus herpes menjadi laten dan
reaktif menjelaskan jangka panjang, sifat herpes infeksi yang berulang.
Infeksi ulang mungkin dipicu oleh
haid, penyakit yang menyebabkan fevers, stres, sistem kekebalan imbalances, dan
penyebab lainnya yang tidak diketahui. Namun, tidak semua pasien mengalami
kejadian kedua.
2.2
Gejala
Herpes genitalis primer timbul setelah
masa laten yang lamanya bervariasi
(Glasier, Anna, 2006)
1. Gejala sistemik sering terjadi,
terutama pada wanita dan mencakup demam, nyeri kepala, malese dan mialgia.
2. Nyeri yang mungkin parah, di vulva
atau penis disuria dan peningkatan rabas vagina.
3. Pembesaran kelenjar linfe inguinal
disertai nyeri tekan biasanya timbul lebih dari 1 minggu setelah awitan
penyakit.
4. Lesi awalnya bersifat popular tetapi
cepat menjadi vesikel dan mengalami ulserasi. Lesi menetap sampai 2 minggu
sampai terjadi pembentukan krusta.
5. Pada wanita, dijumpai ulkus ekstensif
di labia mayor, labia minora, kulit di sekitar introitus, perineum, region
periananal, vagina, dan serviks.
6. Dapat timbul proktitis herpetika.
7. Pembentukan lesi baru dapat dijumpai
pada 10 hari pertama. Radikulitis sacrum, yang bermanifestasi sebagai
konstipasi, retensi urin, dan parestesia dalam distribusi saraf sekralis
merupakan komplikasi yang jarang pada infeksi HSV 2 primer.
8. Gejala sistematik biasanya mereda
dalam 7 sampai 10 hari dan lesi genital biasanya sembuh dalam waktu sekitar 21
hari.
9. Gambaran klinis pada wanita cenderung
lebih parah daripada pada pria.
10. Gambaran klinis episode pertama herpes
genitalis pada orang yang pernah terpajan ke HSV tampaknya lebih ringan
daripada mereka yang menderita infeksi genital primer sejati.
2.3
Diagnosis
Diagnosis perlu di tegakkan secara
pasti sehingga pasien dapat diberi konseling yang tepat.
1. Bahan diperoleh dengan mengerok secara
hati-hati bagian dasar ulkus dengan menggunakan stik aplikator berujung kapas
harus dukirim dalam medium transfortasi yang sesuai (mis: medium Hank) untuk
isolasi virus dalam kultur jaringan.
2. Pada wanita yang tidak hamil, deteksi
antigen HSV dengan imunofluoresensi atau enzyime-linked
immunoabsorbent assay (ELISA) dapat menjadi alternative praktis terhadap
kultur jaringan.
3. Darah harus diambil pada kunjungan
pertama, dan diulang 10 sampai 14 hari kemudian, untuk studi serologis,
terutama dengan menggunakan uji fiksasi komplemen (complement fixation test,CFT). Individu yang mengidap infeksi
primer akan membentuk antibody dalam interval ini.
CFT tidak dapat mendeteksi infeksi HSV
2 awal apabila terdapat antibody terhadap HSV 1. Telah dikembangkan uji
serologis Yng spesifik-tipe, tetapi peran uji-uji ini dalam praktik klinis
masih belum diketahui pasti (Glasier, Anna, 2006)
2.4
Terapi
2.4.1
Infeksi Primer atau Awal
1. Aciclovir (200 mg per oral lima
kali sehari selama 5 hari), famciclovir (250 mg 3 kali sehari selama 5 hari),
atau valaciclovir (500 mg 2 kali sehari selama 5 hari) merupakan obat pilihan.
Dibandingkan dengan pasebo, lesi lebih cepat sembuh, nyeri lebih cepat reda,
pembentukan lesi baru berhenti, dan gejala sitemik lebih cepat reda.
2. Pasien harus diperingatkan mengenai
kemungkinan risiko autoinokulasi ke bagian-bagian tubuh lain, terutama ke
kornea, dan mengenai perlunya kebersihan yang ketat.
3. Hubungan intim sebaiknya ditunda
sampai seluruh lesi sembuh.
Penyakit
Berulang (Kambuh). Anjurkan
untuk memakai obat-obat antivirus di atas masih belum jelas. Walaupun
perjalanan klinis penyakit sedikit banyak menjadi lebih singkat, namun secara
umum hal ini tidak member banyak keuntungan bagi pasien. Apabila diberikan
secara dini, mis : selama stadium prodroma, obat-obat ini dapat mengurangi secara
bermakna lama kekambuhan (Glasier, Anna, 2006).
2.4.2
Terapi Supresif
Aciclovir (200
mg 4 x sehari atau 400 mg 2 x sehari), atau famciclovir (250 mg 2 x sehari)
mengurangi frekuensi kekambuhannya sangat sering atau sangat mengganggu.
Apabila diberikan selama setahun, angka kekambuhan selanjutnya mungkin
berkurang.
Aciclovir hanya sedikit menimbulkan
efek samping, tetapi keamanan pada kehamilan masih belum diketahui pasti.
Konseling berperan penting dalam penatalaksaan pasien dengan herpes genitalis
(Glasier, Anna, 2006).
2.5
Herpes Genitalis Pada Kehamilan
Infeksi primer mungkin menyebabkan
aborsi spontan, retardasi pertumbuhan intrauterus, dan persalinan permatur.
Pedoman-pedoman mengenai penatalaksaan herpes genitalis pada kehamilan dapat
ditemukan dibeberapa kepustakaan (Smith
et al., 1998). Infeksi herpes neonates dapat terjadi intra-atau
pasca-partum. Lebih dari 10 bayi yang lahir dari ibu yang infeksi HSV primer
aterm kemungkinan besar terifeksi dan memperlihatkan gejala penyakit dengan
kondisi ini, seksio sesarea mengurangi resiko infeksi neonates, dan tindakan
ini juga harus dipertimbangkan apabila
seorang wanita dating dengan infeksi primer selama 6 minggu terakhir
kehamilannya. Risiko bagi bayi yang lahir pervaginam dari ibu dengan HSV
berulang pada aterm cukup rendah, tetapi harus dilakukan seksio sesarea apabila
pada aterm ditemukan lesi genital. Karena 60% wanita dengan infeksi HSV yang
melahirkan bayinya tidak memperlihatkan gambaran klinis infeksi atau riwayat herpes
genitalis, maka pemeriksaan penapisan rutin selama kehamilan tidak dianjurkan
(Glasier, Anna, 2006).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HERPES GENITALIA
I.PENGUMPULAN
DATA
A.
IDENTITAS / BIODATA
Nama : Murni Nama suami :
Raja
Umur :
25 Tahun Umur :
29 Tahun
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia Suku/Bangsa :
Batak/Indonesia
Agama :
Islam Agama :
Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan :
SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat :
Alamat :
B.
ANAMNESE / DATA SUBJECTIF
Pada tanggal : 05 Oktober
2011
1. Alasan
kunjungan saat ini : Untuk
memeriksakan kehamilan
2.
Keluhan-keluhan : Ibu mengeluh terasa
gatal, kemerahan dan terdapat lepuhan
yang bergerombol di daerah kemaluannya.
3. Riwayat
menstruasi
Haid
pertama umur : 14 tahun
Teratur
/ tidak teratur : Teratur
Siklus
: 28
hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2 x ganti duk
Dismenorea : Ada
Sifat
darah : Encer
4. Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
No
|
Tgl
lahir/umur
|
Usia
kehamilan
|
Jenis
persalinan
|
Komplikasi
|
Penolong
|
BBL
|
nifas
|
|||
ibu
|
Bayi
|
BB
|
keadaan
|
lactasi
|
kelainan
|
|||||
Hamil
ini
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5. Riwayat
kehamilan ini
Hari pertama haid
terakhir : 03 – 07– 2011
Taksiran persalinan : 10 – 04 – 2012
Keluhan-keluhan pada : Trimester I : tidak ada
Trimester II
: tidak ada
Trimester III : tidak ada
Pergerakan anak pertama
sekali : umur kehamilan 16 bulan
Pergerakan anak 24 jam
terakhir : Sering
Keluhan-keluahan yang
dirasakan (bila ada jelaskan)
·
Rasa lelah : ada
·
Mual dan muntah : ada
·
Nyeri perut : tidak ada
·
Panas, mengigil : tidak ada
·
Sakit kepala berat / terus menerus : tidak ada
·
Penglihatan kabur : tidak ada
·
Rasa nyeri / panas waktu BAK : tidak ada
·
Rasa gatal pada vulva, vagina dan
sekitarnya : tidak ada
·
Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada
·
Oedema :
tidak ada
·
Lain-lain jelaskan :
tidak ada
Obat-obat yang dikonsumsi : tidak
ada.
Kekhawatiran : tidak
ada.
Pola eleminasi :
BAK : 6 kali / hari.
BAB :1 X dalam sehari
Pola aktifitas sehari-hari :
Istirahat
dan tidur : siang 1 jam + 8 jam malam
Imunisasi TT I tanggal :
tidak pernah
Kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
6. Riwayat
penyakit yang pernah diderita
·
Penyakit jantung : tidak ada
·
Penyakit ginjal :
tidak ada
·
Penyakit asma / TB Paru : tidak ada
·
Penyakit hepatitis : tidak ada
·
Penyakit DM : tidak ada
·
Penyakit hypertensi : tidak ada
·
Penyakit Epilepsy : tidak ada
7. Riwayat
penyakit keluarga
·
Penyakit jantung : tidak ada
·
Penyakit hypertensi : tidak ada
·
Penyakit DM : tidak ada
·
Gemelli :
tidak ada
·
Lain – lain : tidak ada
8. Status
perkawinan :
syah
Respon ibu dan keluarga
terhadap kehamilan : baik
Dukungan suami /
keluarga terhadap kehamilan : baik
Pengambilan keputusan
dalam keluaga : suami
9. Pola
makan dan minum
·
Makanan sehari-hari, frekuensi : 1 porsi, 3 x sehari.
·
Jenis makanan yang dimakan : nasi + lauk + sayur, kadang buah
·
Perubahan makan yang dialami : tidak ada.
·
Minum :
8 gelas.
Kebiasan
merokok :
ada
Minuman
keras :
tidak ada
Mengkonsumsi
obat terlarang : tidak ada
Kegiatan
sehari-hari / beban kerja :
pekerjaan rumah tangga
Tempat
dan petugas kesehatan yang diinginkan membantu persalinan : dirumah sendiri
ditolong oleh bidan
C. PEMERIKSAAN FISIK
(DATA OBJECTIF)
1. Status
emosional :
stabil
2. Pemerikasaan
fisik umum
TB : 152
cm BB Sebelum Hamil : 42 Kg
BB : 55
kg LILA : 25 cm .
3. Tanda
vital
Tekanan darah :
110/70 mmhg
Temperature :
36,8° C
RR :
20 X / i
Pols :
74 X / i
4. Kepala :
Kulit kepala :
bersih
Distribusi rambut :
merata
5. Wajah
Oedema :
tidak ada
Cloasma gravidarum :
tidak ada
Pucat :
tidak
6. Mata
Conjungtiva :
tidak Anemis
Sklera mata :
tidak ikterus
Oedema palpebra :
tidak ada
7. Hidung
Polip :
tidak ada
Pengeluaran :
tidak ada
8. Mulut
Lidah :
bersih
Stomatitis :
baik
Gigi, caries : tidak
Epulsi pada gusi :
baik
Tonsil :
tidak ada pembengkakan
Pharynx :
baik
9. Telinga
Serumen :
tidak ada
Pengeluaran :
tidak ada
10. Leher
Luka bekas operasi :
tidak ada
Kelenjar thyroid :
tidak ada
Pembuluh limfe :
tidak ada pembengkakan
11. Dada
Mammae :
asimetris
Areola mammae :
hyperpigmentasi
Putting susu :
menonjol
Benjolan :
tidak ada
Pengeluaran dari puting susu : tidak ada
12. Aksila
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
13. Abdomen
Pembesaran :
tiadak sesuai dengan usia kehamilan
Linea nigra :
ada
Bekas luka operasi :
tidak ada
Pergerakan janin :
dapat dirasakan.
PEMERIKSAAN KHUSUS
KEBIDANAN
Palpasi
Leopold I : Teraba TFU setinggi pertengahan
antara simpisis dengan pusat
Auskultasi
VM :
-
DJJ :
-
Pemeriksaan
panggul
Distansia spinarum : 23 cm
Distansia cristarum : 26 cm
Conjugata eksterna : 18 cm
Lingkar panggul :
88 cm
Vulva
Edema :
-
Varices :
-
Pengeluaran pervagina : -
Kelenjar bartholini : -
Luka : -
VT : -
Ekstremitas
atas dan bawah
Oedema :
tidak ada
Varices :
tidak ada
Reflex patella kiri/kanan :
positif
D. PEMERIKSAAN LAB
Darah : -
HB : -
Urine : -
Protein : -
Glukosa : -
II. INTERPRETASI DATA
DIAGNOSA
Seorang
ibu usia 25 tahun G1 P0 A0, Usia kehamilan 16 minggu dengan herpes genital
-
DASAR
1. Ibu
primigravida :
S : Ibu mengatakan
bahwa ini kehamilan yang pertama.
O : Pada pemeriksaan
abdomen terlihat adanya stiae livide.
2. Ibu dengan
herpes genitalia
O : Ibu mengatakan Ibu
mengeluh terasa gatal di daerah kemaluannya.
S :
Pada pemeriksaan genitalia terlihat kemerahan dan terdapat lepuhan yang bergerombol di daerah kemaluan
ibu.
III. ANTISIPASI MASALAH
IV. TINDAKAN SEGERA
V. RENCANA
1. Informasikan hasil pemeriksaan yang dilakukan
pada ibu
2.
Konseling tentang :
·
Nutrisi ibu hamil yang seimbang
·
Tanda bahaya kehamilan.
·
Kunjungan ulang.
·
Personal Hygiene.
VI. PELAKSANAAN
NO
|
HARI
/ TANGGAL
|
KEGIATAN
|
MENTORING
|
PARAF
|
1
|
Senin,
05 Oktober 2011
|
Menginformasikan
hasil pemeriksaan kepada ibu
|
Keadaan
umum ibu baik
Vital
signe
Pemeriksaan
Fisik :
Palpasi
Mammae.
·
Putting susu menonjol, areola
terjadi hiperpigmentasi tidak terdapat
pengeluaran kolostrum.
Palpasi
abdomen.
·
TFU : berada antara pertengahan
sympisi dan pusat.
|
|
2
|
·
Memberikan konseling tentang
nutrisi yang seimbang.
·
Tanda bahaya kehamilan
·
Kunjungan ulang
·
Personal Hygiene
·
Membatasi aktifitas berat dan
mengurangi kebiasaan merokok
.
|
·
Memberitahu ibu tntang nutrisi
yang seimbang dan bergizi untuk kebaikan janin.
·
Penglihatan kabur
·
Perdarahan pervaginam.
·
Nyeri pada ulu hati.
·
Sakit kepala terus menerus.
·
Gerakan janin tidak seperti
biasanya.
·
Memberitahu ibu untuk melakukan
kunjungan ulang sebanyak 2 x pada kehamilan trimester III.
·
Meberitahu ibu untuk mejaga
kebersihan tubuh ibu minimal mandi 2 x kali sehari dan menjaga kebersihan
daerah genitalia.
·
Meberi tahu ibu untuk mengurangi
kegiatan berat dan bahaya rokok pada ibu dan janin.
|
VII. EVALUASI
Ibu telah mengetahui keadaan dan
kehamilannya dalam keadaan baik, ibu paham dan mengerti tentang segala
penjelasan yang telah disampaikan.
DOKUMENTASI
ALASAN
|
||
S
|
-
Keluhan utama waktu masuk
-
Riwayat menstruasi
-
Riwayat kehamilan dan persalinan
yang lalu
-
Riwayat kehamilan sekarang
-
Pola eliminasi
-
Pola istirahat
-
Imunisasi TT
-
Pola makan / minum
|
Ibu
merasa
Normal
tidak ada keluhan
Ibu
primigravida G 1 P 0 A 0
HPHT
: 03 – 12 - 2010
TTP : 10 – 09-2011
BAK : 6 kali
BAB : 1 x / hari
Siang : 1 jam
Malam
: 8 jam
TT1-2:
-
3
x / hari, 8-10 gelas / hari
|
O
|
-
Keadaan umum
-
Pemeriksaan fisik
-
Pemeriksaan inspeksi
-
Pemeriksaan Leopold
-
Pemeriksaan auskultasi
-
Pemeriksaan perkusi
|
Stabil
: TD 110/70 mmhg
RR
: 20x / I POLS : 74 x / I TEMP : 36,8°
C
BB
hamil : 55kg
TB
: 152 cm
LILA
: 24 cm
BB
sebelum hamil : 42 kg
Payudara
: asimetris
Putting
susu : menonjol
L
I : TFU 26 cm
L
II : PUKA
L
III : Teraba bokong
L
IV : convergen.
DJJ
: (positif) 148 x/i.
Reflex
patella (+) kiri kanan
|
A
|
Diagnosa
Diagnosa
Potensial
Masalah
Kebutuhan
|
Ibu
multigravida G3 P2 A0, kehamilan 26 minggu, PUKA, presentasi bokong belum
masuk PAP, janin hidup dan tunggal.
Tidak
ada.
Tidak
ada.
Tidak
ada.
|
P
|
Perencanaan
|
·
Beritahu ibu mengenai hasil
pemeriksaan.
·
Berikan pendidikan kesehatan dan
konseling
ü Nutrisi
ibu hamil yang seimbang
ü Tanda
bahaya kehamilan.
ü Tanda-tanda
persalinan.
ü Kunjungan
ulang.
ü `Personal
Hygiene.
ü Mengutangi
kegiatan berat dan meninggalkan kebiasaaan merokok.
ü Persipan
persalinan
ü KB .
ü Imunisasi
TT.
ü Perawatan
payudara untuk proses menyusui.
|
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Kesimpulan
Herpes
Genitalis termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak lama, ditularkan
oleh bangsa Yunani, Romawi, dan Louis XV. Herpes termasuk jenis penyakit biasa,
disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks. Virus herper ini tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat diobati. Obat yang biasa diberikan untuk genital
herpes adalah Acyclovir. Karena cara kerjanya menetap dalam system saraf tubuh,
virus tersebut tidak dapat disembuhkan atau dihilangkan selama-lamanya. Herpes
dapat juga ditularkan selama masa kehamilan dan kelahiran. Mengingat risiko
yang mungkin terjadi pada bayi dalam kandungan, para dokter selalu menganjurkan
operasi Caesar terhadap penderita herpes (Dianawati, 2006).
4.2
Saran
Diharapkan
agar kita semua agar lebih menjaga kebersihan diri terutama pada bagian Genital
(alat kelamin), karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur atau virus pada
bagian genital yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Herpes
Genitalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar