BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit menular seksual (PMS) didunia kesehatan
sekarang sudah banyak dibahas dan menjadi percakapan. Hal ini dikarenakan
semakin bertambahnya penderita PMS. Baik menimpa secara langsung maupun tidak
langsung. Penyakit menular seksual ini terbagi kedalam macam-macam PMS. Seperti
Sifilis, Gonoroe, Herpes Genetalis, Klamidia, HIV/ AIDS. Setiap
penyakit ini mempunyai gejala-gejala yang berbeda. Bahaya dan pengobatan yang
dilakukanpun berdasarkan jenis
penyakit yang diderita oleh
pasiennya. Penyakit kelamin (veneral
diseases) sudah lama dikenal dan
beberapa diantaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan
peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga
istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexually
transmitted diseases (STD) atau penyakit menular
seksual (PMS).
Harus diperhatikan bahwa PMS
menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya
dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati,otak,
dan organ tubuh lainnya. Contohnya, baik HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat ditularkan
melalui hubungan seks tapi keduanya tidak terlalu menyerang alat kelamin. Terkadang,
PMS tidak menunjukkan gejala sama sekali, sehingga kita tidak
tahu kalau kita sudah terinfeksi. PMS dapat
bersifat asymptomatic (tidak memiliki gejala) baik pada pria atau wanita.
Beberapa PMS baru menunjukkan tanda-tanda
dan gejala berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi. Pada wanita, PMS bahkan
tidak dapat terdeteksi.Walaupun seseorang
tidak menunjukkan gejala-gejala terinfeksi PMS, dan tidak mengetahui
bahwa mereka terkena PMS, mereka tetap bisa menulari orang lain.
Orang yang terinfeksi HIV biasanya tidak menunjukkan
gejala setelah bertahun-tahun terinfeksi. Tidak seorangpun dapat
menentukan apakah betul atau tidak
seseorang terinfeksi hanya berdasarkan penampilannya saja. Walaupun orang tersebut mungkin terlihat
sehat, mereka masih bisa menularkan HIV kepada orang
lain. Kadang, orang yang sudah terinfeksi HIV tidak sadar bahwa mereka mengidap virus tersebut,
karena mereka merasa sehat dan bisa tetap aktif. Hanya tes laboratorium
yang dapat menunjukkan seseorang telah terinfeksi HIV atau tidak.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
Definisi Penyakit Menular Seksual ?
2. Macam
- Macam, Gejala, Cara Penularan, Cara Pencegahan, dan Komplikasi penyakit Menular Seksual ?
3. Bagaimanakah
Peran Bidan dalam pencegahan Penyakit Menular Seksual ?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
Mengetahui definisi penyakit menular seksual
2. Untuk Mengetahui Macam – Macam, Gejala, Cara Penularan,
Cara Pencegahan, dan Komplikasi Penyakit Menular Seksual
3. Untuk Mengetahui Peran Bidan dalam pencegahan Penyakit
Menular Seksual
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Penyakit Menular Seksual
Penyakit
Menular Seksual merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit
atau jamur, yang penularanya terutama melalui hubungan seksual, dari seseorang
yang terinfeksi kepada mitra seksualnya (Prawirohardjo, 2008). Penyakit Menular
Seksual adalah infeksi yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui
hubungan seksual tersebut bisa menyebabkan PMS, kadang-kadang PMS bisa terjadi
hanya saling menyentuh genitalia yang terinfeksi. PMS adalah singkatan dari
Infeksi Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang
kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral,anal, atau lewat vagina).
PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan
melalui hubungan seksual (BKKBN, 2005).
Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar
alat kelamin tetapi gejalanya dapat muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh
lainya. Contohnya, baik HIV/AIDS dan Hepatitis
B dapat ditularkan melalui hubungan seks tapi keduanya tidak selalu menyerang
alat kelamin (BKKBN, 2005).
2.2
Macam- Macam, Gejala – Gejala, Cara Penularan, Cara Pencegahan, dan Komplikasi
Penyakit Menular Seksual
1.
Sifilis
Penyebab
penyakit sifilis adalah Trepponema
pallidum,masa inkubasi dari 10 hari sampai 3 bulan,
namun biasanya 3 minggu. Sifilis adalah pennyakit alat kelamin yang paling kompleks.
Sifilis merupakan penyakit alat kelamin yang paling berbahaya
dan tersembunyi, membuat penderita merasa bahwa penyakitnya sudah sembuh
padahal sedang tertidur dan mengerogoti bagian dalam tubuhnya.
Kasus sifilis
masih tinggi di seluruh dunia, sekitar 200.000 setiap tahun,
dengan angka kematian akibat dari sifilis setiap tahun 25% dari total kasus dan 60% kematian dialami
para penderita HIV/AIDS (Bennet,
2009)
Sifilis
dicirikan oleh luka primer di alat kelamin, luka sekunder di kulit dan membran berlendir dengan periode
latensi yang cukup lama, dan luka tersier di tulang, viseria, kardiovaskular dan sistem saraf pusat.
Tahap-tahap sifilis:
a. Sifilis awal berdurasi 2 tahun di mana ketiga luka di atas muncul
semua dan bisa dites serologis.
b. Sifilis laten yang kedua yang hadir 2 tahun lebih dengan durasi
yang tidak pasti, tanpa menunjukan gejala klinis apapun, namun sebenarnya
sistem saraf mulai digerogoti.
c. Sifilis tahap akhir, ketika semua gejala kerusakan kardiovaskular dan neurosifilis muncul.
Wanita hamil yang
terserang sifilis bisa mengalami keguguran, kelahiran prematur dan kelahiran
cacat.
Bayi yang dilahirkan dapat mengalami kerusakan kulit,
hati, limpa dan keterbelakangan mental. Bayi yang lahir dari ibu yang terserang
sifilis akan mengandung virus ini dan
membawanya pada kematian sebelum usia sekolah jika tidak segera diobati (BKKBN,
2005).
Tanda gejala sifilis (Maryanti,
2009)
a) Primer : luka pada kemaluan tanpa nyeri.
b) Sekunder : bintil, bercak merah padah tubuh.
c) Kelainan saraf, jantung, pembuluh darah/kulit.
Komplikasi dari
pada sifililis (Widyastuti,
2009)
a) Jika tidak diobati dapat menimbulkan kerusakan berat pada
otak dan jantung.
b) Bayi dalam kandungan dapat tertular, keguguran atau lahir
cacat.
c)
Memudahkan
penularan HIV/AIDS.
Cara penyebaran
sifilis ini dapat melalui plasenta juga bisa terjadi dari ibu hamil yang
terinfeksi kepada janinnya, di mana
yang paling fatal jika usia kehamilan yang masih muda. Sifilis juga dapat ditularkan melalui darah, entah lewat donor
darah atau jarum suntik (Bennet, 2009).
Cara pencegahannya
yaitu dengan mengajarkan gaya hidup sehat setia pada pasangan dan menggunakan
pengaman, memeriksakan
kesehatan seks dan reproduksi secara teratur, memastikan jarum suntik steril dan segera menghubungi
petugas laboratorium diobati jika kulitnya tergores sampel darah penderita sifilis (Bennet,
2009)
Cara
menyembuhkannya yaitu dengan menggunakan anti sifilis bisa digunakan untuk mengobati pasien. Namun dosis, jenis
dan durasi pemberian penisilin harus disesuaikan untuk 3 tahap sifilis. Untuk yang kurang dari 2 tahun, tahap latensi di atas 2
tahun, dan tahap final yang mematikan. Memeriksa pasangan dan keluarga pasien
yang sudah mencapai tahap final. Segera mengobati anak yang lahir dari ibu yang
terserang sifilis, dimana perawat
yang paling intensif dibutuhkan oleh bayi yang lahir dari ibu yang terserang sifilis saat usia kehamilan di
bawah 3 bulan. Jika sakit berlanjut atau komplikasi
terlalu berat segera menghubungi ahlinya (Prawirohardjo, 2008).
2. Gonoroe
Penyebab
penyakit gonorrhoe ini adalah Kuman Neisseria
Gonorrhoe, masa
Inkubasinya
2-10 hari. Penyakit
gonorrhoe ini
menyebabkan infeksi pada uretra yang bersifat simptomatik /asimptomatik,
tetapi pada umumnya jarang terjadi tanpa infeksi pada
serviks,
kecuali pada perempuan yang telah dihisterektomi.
Keluhan traktus genitourinarius bawah yang paling sering
adalah bertambahnya duh tubuh genital, disuria yang kadang-kadang disertai
poliuria, perdarahan
antara masa haid, menoraghia. Daerah yang paling sering terinfeksi pada serviks,
serviks tampak hiperemesis dengan erosi dan sekret
mukopurelen. Komplikasi
sangat erat hubungan dengan susunan dan anatomi genitalia,
infeksi pada serviks dapat menimbulkan komplikasi salpingitis atau penyakit radang panggul
(PRP). Penyakit
Radang Panggul (PRP) yang simptomatik/asimptomatik dapat menyebabkan jaringan
parut pada tuba sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik.
Gonorrhoe bisa meningkatkan potensi penularan HIV/AIDS (Prawirohardjo, 2008)
Gonorrhoe
memiliki gejala paling umum yang dialami pria dan wanita
(Bennet,
2009).
a) Pria
Gejala paling umum
adalah lelehan yang menyakitkan dari saluran uretra. Jika dibiarkan tidak
diobati, komplikasi bisa terjadi meliputi epididymitis
(rusaknya saluran sperma/vas deferens), prostatitis
(radang pada buah pelir) dan striktur uretra (rusaknya slutan tipis).
Infeksi anortektal
(wilayah anus dan rektum) umum terjadi pada pria homoseksual dan biasanya tidak
menunjukan gejala. Infeksi ini bisa menyebabkan rasa gatal berat di dubur,
radang pada lubang anus dan keluarnya lelehan nanah dari lubang anus.
Ujung kelamin agak merah dan membengkak serta
mengeluarkan nanah kental kuning kehijauan. Infeksi Saluran pernapasan bisa juga terjadi, tetapi
seringkali tanpa disertai gejala apapun.
b) Wanita
Gejala paling umum
adalah infeksi uretritis dan saluran rahim (serviksitis)
bisa muncul beberapa hari setelah terpapar. Seringkali gejalanya ringan dan
terabaikan. Wanita bisa memiliki lelehan tidak normal yang keluar dari
vaginanya, ada pendarahan setelah bersenggama. Berikutnya,
rasa terbakar pada pelvis (rongga pinggang,
persisnya semua organ
kewanitaan yang diwadahi oleh tulang panggul) bisa berkembang menjadi
infeksi yang berbahaya karena akan mengundang banyak infeksi lain untuk mulai
memasuki rahim dan kandung telur. Infeksi pelvis ini bisa menyebabkan kehamilan
ektopik (diluar rahim), kemandulan
atau rasa sakit.
Gonorrhoe ditularkan lewat kontak dengan membran tubuh berlendir
dari pasien yang terinfeksi, yaitu lewat aktivitas seksual. Konjungtivitis yang menyebabkan kebutaan
terjadi pada bayi yang lahir lewat vagina lantaran sentuhan langsung dengan
serviks ketika mau keluar dari perut ibu. Konjungtivitas
bisa terjadi pada bayi yang baru lahir dan bisa jadi mengendap di dalam tubuh
sampai dewasa. Jika tidak
segera diobati , bayi yang baru lahir bisa menjadi buta. Septimia (keracunan darah) dan
atritis septik ( nyeri di persendian ) bisa juga meski agak jarang
(Bennet, 2009)
Cara pencegahan PMS
yaitu penyuluhan kepada masyarakat tentang seks yang aman, meskipun sebenarnya
tidak ada seks yang aman kecuali setia dengan pasangan sendiri yang sudah
teruji bebas penyakit kelamin apapun. Kondom memang menangkal infeksi ini, tetapi tidak selamanya aman. Penyuluhan kepada masyarakat agar
mewaspadai ciri penyakit ini dan segera menyerahkan entah diri sendiri atau
orang yang dikenalnya untuk segera diobati. Penyuluhan yang ini penting, karena
gonorrhoe bisa tidak menunjukkan gejala apapun selama
berbulan-bulan sampai akhirnya sudah terlambat. Memeriksakan diri secara
teratur bagi diri sendiri dan pasangan untuk mendekteksi sedini mungkin semua
potensi ancaman penyakit kelamin (dan seluruh penyakit pada umumnya). Khususnya
bagi wanita hamil, agar memeriksakan diri lebih dulu ketika usia kandungan
masih muda, dan suaminya
juga harus berkomitmen untuk memeriksakan diri.
Cara menyembuhkan gonorrhoe dapat
menggunakan Ceftriaxone plus avithromycin
atau doxcycline untuk merawat gonorrohae. Ciproflaxin bisa digunakan
sebagai alternatif bagi ceftriaxone ketika
jaringan tubuh pasien terbukti sensitif obat tersebut. Jika sakit masih
terus berlanjut itu artinya gonorhoe terkadang
kebal terhadap antibiotik, segara menghubungi spesialisnya (Bennet,
2009)
3.
Herpes Simpleks
Penyebab penyakit herpes simpleks adalah
virus Herpes hominis tipe 2 (virus herpes simpleks), masa inkubasinya 4-7 hari.
Virus tipe dapat menyebabkan herpes genitalis genitalis dengan gelembung-gelembung
berisi cairan di vulva, vagina dan serviks yang dikenal juga dengan herpes
simpleks. Diagnosisnya tidak sulit apabila terdapat
gelembung-gelembung/bintil-bintil di daerah genital, ditemukannya benda-benda
inklusi intra nuklear yang khas di dalam sel-sel epitel vulva, vagina atau
serviks. Penyakit herpes simpleks ditandai dengan adanya bintik-bintik kecil
berisi air, terdapat pada daerah kelamin, hidung, bibir, berkelompok di atas
kulit yang kemerahan dengan penyebab virus herpes simpleks. Penularan juga
melalui kontak langsung dengan sumber infeksi. Komplikasinya seseorang yang
mengalami herpes genitalis akan merasakan nyeri di bagian saraf, dapat menular
pada bayi dan terlihat saat lahir berupa bintil-bintil berair, infeksi berat
abortus, dan kematian janin, memudahkan penularan HIV/AIDS (Maryanti, 2009)
Herpes genitalis merupakan infeksi virus yang
bersifat kronik rekuren dan dikatakan sulit diobati, sehingga dikenal satu cara
pengobatan herpes yang cukup efektif, yaitu antivirus yang disebut acyclovir.
Obat – obat yang dipakai untuk mengurangi rasa nyeri di daerah vulva. Obat –
obatan dipakai untuk mengurangi rasa nyeri dapat ditunjang dengan topikal atau
sitz baths air hangat. Acyclovir dalam kehamilan tidak dianjurkan, kecuali
apabila infeksi yang terjadi merupakan keadaan yang mengacam kematian ibu,
seperti adanya ensefalitis, pneumonitis, dan hepatitis sehingga acyclovir
diberikan secara intravena. Seksio sesarea dianjurkan pada wanita yang saat
kelahiran menunjukan gejala – gejala akut pada genitalia, untuk menghindari
penularan akibat kontak langsung. Seorang ibu menderita herpes genitalis yang
bersalin pervaginam 50% bayi akan mengalami infeksi, sedangkan dengan seksio
sesarea infeksi dapat menurun sampai 7%. Pascapersalinan ibu yang menderita
herpes harus segera diobati (Sarwono, 2008).
4.
Klamidia
Penyebab penyakit klamidia ini adalah
Chlamydia trachomatis, masa inkubasinya 7-14 hari bahkan bisa lebih lama lagi.
Penyebaran dan penularan infeksi klamidia hanya terjadi lewat hubungan seks.
Penularan ibu yang terkena infeksi kepada bayi terjadi hanya jika ibu
melahirkan bayi tersebut lewat vagina. Karena gejala klamidia tidak tampak,
maka wanita yang terinfeksi merasa tidak ada yang keliru dengan organ
kelaminnya. Akibatnya, penyakit tersebut seringkali tidak terobati sejak dini.
Sehingga tidak disadari oleh penderita maka dia akan terus menjadi agen penular
infeksi klamidia. Statusnya akan naik menjadi distributor infeksi alat kelamin
jika penderita memiliki kebiasaan berganti-ganti pasangan seks, sehingga
penyakit menyebar kemana-mana (Bennet, 2009)
Gejala adalah timbul peradangan pada
alat-alat reproduksi laki-laki dan perempuan (BKKBN, 2005)
a) Pria
Gejala awal infeksi klamidia pada pria
terjadi pada saluran kencing namun infeksi itu bisa tidak menunjukan
gejala apapun komplikasi lebih jauh dari
infeksi uretra pada pria adalah epididimitis (radang pada buah pelir sehingga
membengkak seperti bola tenis), kemandulan, sindrom reiter dan konjungtivitis.
Hubungan seks anal antar pria (sodomi) dapat menghasilkan proktitis akibat
klamidia.
b) Perempuan
Pada kebanyakan wanita dengan infeksi
klamidia, pada uretra (saluran kencing) atau endoserviks (saluran rahim) tidak
menunjukan gejala apapun. Pada umumnya akan keluar cairan dari vagina, disuria
(sulit kencing) dan perdarahan pasca senggama atau di periode antar menstruasi.
Manifestasi yang kurang begitu sering
muncul mencakup sindrom uretra (disuria dan pinuria), bartolinitis
(vagina basah), perihepatitis (radang hati) dan proktitis (dubur seperti terbakar).
Komplikasi awal infeksi klamidia pada
perempuan dapat menghasilkan rasa sakit pinggang yang kronis, mandul,radang
saluran kencing, robeknya saluran ketuban sehingga terjadinya kelahiran bayi
sebelum waktunya (Prematur). Pada pria yaitu rusaknya saluran mani yang
berakibat kemandulan serta radang saluran kencing. Pada bayi 60-70% terkena
penyakit mata dan saluran pernafasan (BKKBN, 2005).
Cara pencegahanya yaitu melakukan hubungan
seks hanya dengan suami/istri sendiri ketika sudah menikah dan tidak berganti-ganti
pasang, atau jajan. Tapi karena zaman
sekarang larangan seks pra-nikah dianggap kuno, maka seluruh komponen
masyarakat, pemerintah, LSM, para guru, akademisi, para ahli medis, para
psikolog, para ekonom, dan rohaniwan bergandeng tangan untuk mendidik aturan main seks yang benar dan aman, tanpa
harus terkesan kuno dan usang seperti menggandeng konsep dosa dan neraka. Bila
tidak berhasil, minimal memdidik atau mengajarkan siapapun untuk memakai kondom
bila ingin melakukan hubungan seks dengan siapapun, sekalipun dengan suami
istri sendiri untuk berjaga-jaga. Selalu memeriksakan diri secara rutin
kesehatan organ reproduksinya, rajin membaca buku-buku yang berhubungan dengan
kesehatan organ reproduksi, dan memahami, mewaspadai dan mengenali orang-orang
yang dekat dengan kita (Bennet, 2009).
Cara menyembuhkanya yaitu dengan menggunakan
azthromycin/doxycline sebagai antimikroba yang baik untuk menyembuhkan infeksi
klamidia. Jika belum sembuh maka pederita segera melakukan pemeriksaan
laboratorium dan menghubungi dokter
spesialai. Semua prosedur pengobatan harus diikuti sampai tuntas, infeksi ini
dapat sembuh total, bahkan pasien memiliki kekebalan tubuh alami (Bennet,
2009).
5.
HIV / AIDS
Penyebab penyakit AIDS adalah Virus HIV(Human
Imunno Virus), masa inkubasinaya bervariasi dari 2 minggu sampai 2 bulan. Tapi
umumnya 26-42 hari. AIDS adalah singkatan dari Aquired Immune Deficiency
Syndrome. Penyakit ini adalah kumpulan gejala akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi virus HIV sendiri
adalah singkatan dari Human Immuno Virus. Orang yang terinfeksi oleh virus ini
tidak dapat mengatasi serbuan infeksi penyakit lain karena sistem kekebalan
tubuhnya menurun terus secara drastis. Penyebab : Human Immune Deficiency Virus,
Lymphadenopati associated virus (LAV), Human T cell leucemia virus III, Human T
cell lymphotrophic virus, yang ditemukan di Prancis oleh Luch F Montaigner
tahun 1983 (BKKBN, 2005)
Penularan dapat melalui hubungan seksual
dengan pasangan yang menderita HIV positif, jarum suntik yang tercemar HIV
positif, transfusi darah atau produk darah yang mengandung HIV, dan ibu hamil
yang mengidap HIV positif kepada bayi dalam kandungannya melalui air ketuban
atau plasenta (BKKBN, 2005).
Menurut (Suwarso, 2003) gejala yang sering
timbul adalah:
1) Membesarnya
kelenjar getah bening
2) Sering
mengalami demam kurang lebih 3 bulan tanpa diketahui penyebabnya (malam hari)
3) Terjadinya
penurunan berat badan 10% atau lebih
4) Keadaan
umumnya makin lemah
5) Dapat
disertai diare kronis (sering buang air besar dan encer) selama 1 bulan atau
lebih
6) Adanya
gangguan syaraf yang dapat menghambat aktivitas normal sehari-hari.
Cara-cara penularan HIV/AIDS: (Danny, 2006)
1) Hubungan
seks.
2) Penggunaan
jarum suntik yang pernah digunakan oleh orang lain yang pernah tertular HIV
3) Transfusi
darah yang mengandung HIV
4) Hubungan
perinatal, yakni dari ibu hamil kepada janin atau bayi yang disusui.
Hubungan AIDS dengan PMS :
Infeksi menular seksual seperti gonoroe,
sifilis, klamidia, dan herpes genital mempunyai mempunyai cara penularan yang sama
persis dengan AIDS. Adanya PMS lain di luar AIDS sangat mempercepat penyebaran
HIV, karena PMS lain itu bisa menimbulkan luka-luka kecil pada alat kelamin
yang memudahkan HIV masuk kedalam dalam tubuh pada saat berhubungan seks dengan
orang yang HIV positif. Bila orang mempunyai PMS, maka risiko untuk tertular
HIV menjadi 5-10 kali lebih tinggi.
2.3 Peran Bidan Dalam Pencegahan
Penyakit Menular Seksual
Bidan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang seks yang aman, meskipun
sebenarnya tidak ada seks yang aman kecuali setia dengan pasangan sendiri yang
sudah teruji bebas penyakit kelamin apapun. Dimana Penyuluhan ini diberikan kepada
masyarakat agar masyarakat mewaspadai ciri penyakit ini dan segera datang ke
tenaga kesehatan untuk segera diobati. Penyuluhan yang ini penting, karena Penyakit
Menular seksual bisa tidak menunjukkan gejala apapun selama berbulan-bulan
sampai akhirnya sudah terlambat. Memeriksakan diri secara teratur bagi diri
sendiri dan pasangan untuk mendekteksi sedini mungkin semua potensi ancaman
penyakit kelamin (dan seluruh penyakit pada umumnya). Khususnya bagi wanita
hamil, agar memeriksakan diri lebih dulu ketika usia kandungan masih muda, dan
suaminya juga harus berkomitmen untuk memeriksakan diri.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penyakit
menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke orang lain
saat berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan anak-anak) bisa
tertular penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore,
sifilis, herpes, HIV/Aids , klamidia . Untuk
mencegah seseorang (terutama para remaja) dari PMS, informasi yang tepat harus
diberikan sejak dini. Informasi yang diperlukan tersebut dapat diperoleh
melalui klinik-klinik kesehatan, sekolah, rumah sakit swasta ataupun puskesmas.
Jika seseorang telah mendapati gejala dari PMS, sebaiknya secepatnya
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan
agar mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih cepat.
3.2
Kritik &
Saran
“Tiada gading yang tak retak”, ibarat
itulah kalimat yang dapat kami ucapkan. Karena itu kami dengan lapang dada
menerima segala kritik ataupun saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai ” Penyakit Menular Seksual”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar