Rabu, 10 April 2013

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Penyakit menular seksual (PMS) didunia kesehatan sekarang sudah banyak dibahas dan menjadi percakapan. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya penderita PMS. Baik menimpa secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit menular seksual ini terbagi kedalam macam-macam PMS. Seperti  Sifilis, Gonoroe, Herpes Genetalis, Klamidia, HIV/ AIDS. Setiap penyakit ini mempunyai gejala-gejala yang berbeda. Bahaya dan pengobatan yang dilakukanpun berdasarkan jenis penyakit yang diderita oleh pasiennya. Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexually transmitted diseases (STD) atau penyakit menular seksual (PMS).
Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati,otak, dan organ tubuh lainnya. Contohnya, baik HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat  ditularkan melalui hubungan seks tapi keduanya tidak terlalu menyerang alat kelamin. Terkadang, PMS tidak menunjukkan gejala sama sekali, sehingga kita tidak tahu kalau kita sudah terinfeksi. PMS dapat bersifat asymptomatic (tidak memiliki gejala) baik pada pria atau wanita. Beberapa PMS baru menunjukkan tanda-tanda dan gejala berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi. Pada wanita, PMS bahkan tidak dapat terdeteksi.Walaupun seseorang tidak menunjukkan gejala-gejala terinfeksi PMS, dan tidak mengetahui bahwa mereka terkena PMS, mereka tetap bisa menulari orang lain.
Orang yang terinfeksi HIV biasanya tidak menunjukkan gejala setelah bertahun-tahun terinfeksi. Tidak seorangpun dapat menentukan apakah betul atau tidak seseorang terinfeksi hanya berdasarkan penampilannya saja. Walaupun orang tersebut mungkin terlihat sehat, mereka masih bisa menularkan HIV kepada orang lain. Kadang, orang yang sudah terinfeksi HIV tidak sadar bahwa mereka mengidap virus tersebut, karena mereka merasa sehat dan bisa tetap aktif. Hanya tes laboratorium yang dapat menunjukkan seseorang telah terinfeksi HIV atau tidak.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Definisi Penyakit Menular Seksual ?
2.      Macam -  Macam, Gejala, Cara Penularan, Cara Pencegahan, dan Komplikasi  penyakit Menular Seksual ?
3.      Bagaimanakah Peran Bidan dalam pencegahan Penyakit Menular Seksual ?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui definisi penyakit menular seksual
2.      Untuk Mengetahui Macam – Macam, Gejala, Cara Penularan, Cara Pencegahan, dan Komplikasi Penyakit Menular Seksual
3.      Untuk Mengetahui Peran Bidan dalam pencegahan Penyakit Menular Seksual

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Menular Seksual
Penyakit Menular Seksual merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularanya terutama melalui hubungan seksual, dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya (Prawirohardjo, 2008). Penyakit Menular Seksual adalah infeksi yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual tersebut bisa menyebabkan PMS, kadang-kadang PMS bisa terjadi hanya saling menyentuh genitalia yang terinfeksi. PMS adalah singkatan dari Infeksi Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral,anal, atau lewat vagina). PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual (BKKBN, 2005).
 Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tetapi gejalanya dapat muncul dan  menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainya. Contohnya, baik  HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seks tapi keduanya tidak selalu menyerang alat kelamin (BKKBN, 2005).

2.2 Macam- Macam, Gejala – Gejala, Cara Penularan, Cara Pencegahan, dan Komplikasi Penyakit Menular Seksual

                  1. Sifilis
Penyebab penyakit sifilis adalah Trepponema pallidum,masa inkubasi dari 10 hari sampai 3 bulan, namun biasanya 3 minggu. Sifilis adalah pennyakit alat kelamin yang paling kompleks. Sifilis merupakan penyakit alat kelamin yang paling berbahaya dan tersembunyi, membuat penderita merasa bahwa penyakitnya sudah sembuh padahal sedang tertidur dan mengerogoti bagian dalam tubuhnya. Kasus sifilis masih tinggi di seluruh dunia, sekitar 200.000 setiap tahun, dengan angka kematian akibat dari sifilis setiap tahun 25% dari total kasus dan 60% kematian dialami para penderita HIV/AIDS (Bennet, 2009)
Sifilis dicirikan oleh luka primer di alat kelamin, luka sekunder di kulit dan membran berlendir dengan periode latensi yang cukup lama, dan luka tersier di tulang, viseria, kardiovaskular dan sistem saraf pusat.
Tahap-tahap sifilis:     
a.       Sifilis awal berdurasi 2 tahun di mana ketiga luka di atas muncul semua dan bisa dites serologis.
b.      Sifilis laten yang kedua yang hadir 2 tahun lebih dengan durasi yang tidak pasti, tanpa menunjukan gejala klinis apapun, namun sebenarnya sistem saraf mulai digerogoti.
c.       Sifilis tahap akhir, ketika semua gejala kerusakan kardiovaskular dan neurosifilis muncul.
Wanita hamil yang terserang sifilis bisa mengalami  keguguran, kelahiran prematur dan kelahiran cacat. Bayi yang dilahirkan dapat mengalami kerusakan kulit, hati, limpa dan keterbelakangan mental. Bayi yang lahir dari ibu yang terserang sifilis akan mengandung virus ini dan membawanya pada kematian sebelum usia sekolah jika tidak segera diobati (BKKBN, 2005).

Tanda gejala sifilis (Maryanti, 2009)
a)      Primer : luka pada kemaluan tanpa nyeri.
b)      Sekunder : bintil, bercak merah padah tubuh.
c)      Kelainan saraf, jantung, pembuluh darah/kulit.
Komplikasi dari pada sifililis (Widyastuti, 2009)
a)      Jika tidak diobati dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan jantung.
b)      Bayi dalam kandungan dapat tertular, keguguran atau lahir cacat.
c)      Memudahkan penularan HIV/AIDS.
Cara penyebaran sifilis ini dapat melalui plasenta juga bisa terjadi dari ibu hamil yang terinfeksi kepada janinnya, di mana yang paling fatal jika usia kehamilan yang masih muda. Sifilis juga dapat ditularkan melalui darah, entah lewat donor darah atau jarum suntik (Bennet, 2009).
Cara pencegahannya yaitu dengan mengajarkan gaya hidup sehat setia pada pasangan dan menggunakan pengaman, memeriksakan kesehatan seks dan reproduksi secara teratur, memastikan jarum suntik steril dan segera menghubungi petugas laboratorium diobati jika kulitnya tergores sampel darah penderita sifilis (Bennet, 2009)
Cara menyembuhkannya yaitu dengan menggunakan anti sifilis bisa digunakan untuk mengobati pasien. Namun dosis, jenis dan durasi pemberian penisilin harus disesuaikan untuk 3 tahap sifilis. Untuk yang kurang dari 2 tahun, tahap latensi di atas 2 tahun, dan tahap final yang mematikan. Memeriksa pasangan dan keluarga pasien yang sudah mencapai tahap final. Segera mengobati anak yang lahir dari ibu yang terserang sifilis, dimana perawat yang paling intensif dibutuhkan oleh bayi yang lahir dari ibu yang terserang sifilis saat usia kehamilan di bawah 3 bulan. Jika sakit berlanjut atau komplikasi terlalu berat segera menghubungi ahlinya (Prawirohardjo, 2008).            

2. Gonoroe
Penyebab penyakit gonorrhoe ini adalah Kuman Neisseria Gonorrhoe, masa Inkubasinya 2-10 hari. Penyakit gonorrhoe ini menyebabkan infeksi pada uretra yang bersifat simptomatik /asimptomatik, tetapi pada umumnya jarang terjadi tanpa infeksi pada serviks, kecuali pada perempuan yang telah dihisterektomi. Keluhan traktus genitourinarius bawah yang paling sering adalah bertambahnya duh tubuh genital, disuria yang kadang-kadang disertai poliuria, perdarahan antara masa haid,  menoraghia. Daerah yang paling sering terinfeksi pada serviks, serviks tampak hiperemesis dengan erosi dan sekret mukopurelen. Komplikasi sangat erat hubungan dengan susunan dan anatomi genitalia, infeksi pada serviks dapat menimbulkan komplikasi salpingitis atau penyakit radang panggul (PRP). Penyakit Radang Panggul (PRP) yang simptomatik/asimptomatik dapat menyebabkan jaringan parut pada tuba sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Gonorrhoe bisa meningkatkan potensi penularan HIV/AIDS  (Prawirohardjo, 2008)
Gonorrhoe memiliki gejala paling umum yang dialami pria dan wanita (Bennet, 2009).

a)      Pria
Gejala paling umum adalah lelehan yang menyakitkan dari saluran uretra. Jika dibiarkan tidak diobati, komplikasi bisa terjadi meliputi epididymitis (rusaknya saluran sperma/vas deferens), prostatitis (radang pada buah pelir) dan striktur uretra (rusaknya slutan tipis). Infeksi anortektal (wilayah anus dan rektum) umum terjadi pada pria homoseksual dan biasanya tidak menunjukan gejala. Infeksi ini bisa menyebabkan rasa gatal berat di dubur, radang pada lubang anus dan keluarnya lelehan nanah dari lubang anus. Ujung kelamin agak merah dan membengkak serta mengeluarkan nanah kental kuning kehijauan. Infeksi Saluran pernapasan bisa juga terjadi, tetapi seringkali tanpa disertai gejala apapun.
b)      Wanita
Gejala paling umum adalah infeksi uretritis dan saluran rahim (serviksitis) bisa muncul beberapa hari setelah terpapar. Seringkali gejalanya ringan dan terabaikan. Wanita bisa memiliki lelehan tidak normal yang keluar dari vaginanya, ada pendarahan setelah bersenggama. Berikutnya, rasa terbakar pada pelvis (rongga pinggang, persisnya semua organ  kewanitaan yang diwadahi oleh tulang panggul) bisa berkembang menjadi infeksi yang berbahaya karena akan mengundang banyak infeksi lain untuk mulai memasuki rahim dan kandung telur. Infeksi pelvis ini bisa menyebabkan kehamilan ektopik (diluar rahim), kemandulan atau rasa sakit.
Gonorrhoe ditularkan lewat kontak dengan membran tubuh berlendir dari pasien yang terinfeksi, yaitu lewat aktivitas seksual. Konjungtivitis yang menyebabkan kebutaan terjadi pada bayi yang lahir lewat vagina lantaran sentuhan langsung dengan serviks ketika mau keluar dari perut ibu. Konjungtivitas bisa terjadi pada bayi yang baru lahir dan bisa jadi mengendap di dalam tubuh sampai dewasa. Jika tidak segera diobati , bayi yang baru lahir bisa menjadi buta. Septimia (keracunan darah) dan atritis septik ( nyeri di persendian ) bisa juga meski agak jarang (Bennet, 2009)
Cara pencegahan PMS yaitu penyuluhan kepada masyarakat tentang seks yang aman, meskipun sebenarnya tidak ada seks yang aman kecuali setia dengan pasangan sendiri yang sudah teruji bebas penyakit kelamin apapun. Kondom memang menangkal infeksi ini, tetapi tidak selamanya aman. Penyuluhan kepada masyarakat agar mewaspadai ciri penyakit ini dan segera menyerahkan entah diri sendiri atau orang yang dikenalnya untuk segera diobati. Penyuluhan yang ini penting, karena gonorrhoe bisa tidak menunjukkan gejala apapun selama berbulan-bulan sampai akhirnya sudah terlambat. Memeriksakan diri secara teratur bagi diri sendiri dan pasangan untuk mendekteksi sedini mungkin semua potensi ancaman penyakit kelamin (dan seluruh penyakit pada umumnya). Khususnya bagi wanita hamil, agar memeriksakan diri lebih dulu ketika usia kandungan masih muda, dan suaminya juga harus berkomitmen untuk memeriksakan diri.
Cara menyembuhkan gonorrhoe dapat menggunakan Ceftriaxone plus avithromycin atau doxcycline untuk merawat gonorrohae. Ciproflaxin bisa digunakan sebagai alternatif bagi ceftriaxone ketika jaringan tubuh pasien terbukti sensitif obat tersebut. Jika sakit masih terus  berlanjut itu artinya gonorhoe terkadang kebal terhadap antibiotik, segara menghubungi spesialisnya (Bennet, 2009)
3.      Herpes Simpleks
Penyebab penyakit herpes simpleks adalah virus Herpes hominis tipe 2 (virus herpes simpleks), masa inkubasinya 4-7 hari. Virus tipe dapat menyebabkan herpes genitalis genitalis dengan gelembung-gelembung berisi cairan di vulva, vagina dan serviks yang dikenal juga dengan herpes simpleks. Diagnosisnya tidak sulit apabila terdapat gelembung-gelembung/bintil-bintil di daerah genital, ditemukannya benda-benda inklusi intra nuklear yang khas di dalam sel-sel epitel vulva, vagina atau serviks. Penyakit herpes simpleks ditandai dengan adanya bintik-bintik kecil berisi air, terdapat pada daerah kelamin, hidung, bibir, berkelompok di atas kulit yang kemerahan dengan penyebab virus herpes simpleks. Penularan juga melalui kontak langsung dengan sumber infeksi. Komplikasinya seseorang yang mengalami herpes genitalis akan merasakan nyeri di bagian saraf, dapat menular pada bayi dan terlihat saat lahir berupa bintil-bintil berair, infeksi berat abortus, dan kematian janin, memudahkan penularan HIV/AIDS (Maryanti, 2009)
Herpes genitalis merupakan infeksi virus yang bersifat kronik rekuren dan dikatakan sulit diobati, sehingga dikenal satu cara pengobatan herpes yang cukup efektif, yaitu antivirus yang disebut acyclovir. Obat – obat yang dipakai untuk mengurangi rasa nyeri di daerah vulva. Obat – obatan dipakai untuk mengurangi rasa nyeri dapat ditunjang dengan topikal atau sitz baths air hangat. Acyclovir dalam kehamilan tidak dianjurkan, kecuali apabila infeksi yang terjadi merupakan keadaan yang mengacam kematian ibu, seperti adanya ensefalitis, pneumonitis, dan hepatitis sehingga acyclovir diberikan secara intravena. Seksio sesarea dianjurkan pada wanita yang saat kelahiran menunjukan gejala – gejala akut pada genitalia, untuk menghindari penularan akibat kontak langsung. Seorang ibu menderita herpes genitalis yang bersalin pervaginam 50% bayi akan mengalami infeksi, sedangkan dengan seksio sesarea infeksi dapat menurun sampai 7%. Pascapersalinan ibu yang menderita herpes harus segera diobati (Sarwono, 2008).

4.      Klamidia
Penyebab penyakit klamidia ini adalah Chlamydia trachomatis, masa inkubasinya 7-14 hari bahkan bisa lebih lama lagi. Penyebaran dan penularan infeksi klamidia hanya terjadi lewat hubungan seks. Penularan ibu yang terkena infeksi kepada bayi terjadi hanya jika ibu melahirkan bayi tersebut lewat vagina. Karena gejala klamidia tidak tampak, maka wanita yang terinfeksi merasa tidak ada yang keliru dengan organ kelaminnya. Akibatnya, penyakit tersebut seringkali tidak terobati sejak dini. Sehingga tidak disadari oleh penderita maka dia akan terus menjadi agen penular infeksi klamidia. Statusnya akan naik menjadi distributor infeksi alat kelamin jika penderita memiliki kebiasaan berganti-ganti pasangan seks, sehingga penyakit menyebar kemana-mana (Bennet, 2009)
Gejala adalah timbul peradangan pada alat-alat reproduksi laki-laki dan perempuan (BKKBN, 2005)
a)        Pria
Gejala awal infeksi klamidia pada pria terjadi pada saluran kencing namun infeksi itu bisa tidak menunjukan gejala  apapun komplikasi lebih jauh dari infeksi uretra pada pria adalah epididimitis (radang pada buah pelir sehingga membengkak seperti bola tenis), kemandulan, sindrom reiter dan konjungtivitis. Hubungan seks anal antar pria (sodomi) dapat menghasilkan proktitis akibat klamidia.
b)        Perempuan
Pada kebanyakan wanita dengan infeksi klamidia, pada uretra (saluran kencing) atau endoserviks (saluran rahim) tidak menunjukan gejala apapun. Pada umumnya akan keluar cairan dari vagina, disuria (sulit kencing) dan perdarahan pasca senggama atau di periode antar menstruasi. Manifestasi yang kurang begitu sering  muncul mencakup sindrom uretra (disuria dan pinuria), bartolinitis (vagina basah), perihepatitis (radang hati) dan proktitis (dubur seperti terbakar).
Komplikasi awal infeksi klamidia pada perempuan dapat menghasilkan rasa sakit pinggang yang kronis, mandul,radang saluran kencing, robeknya saluran ketuban sehingga terjadinya kelahiran bayi sebelum waktunya (Prematur). Pada pria yaitu rusaknya saluran mani yang berakibat kemandulan serta radang saluran kencing. Pada bayi 60-70% terkena penyakit mata dan saluran pernafasan (BKKBN, 2005).
Cara pencegahanya yaitu melakukan hubungan seks hanya dengan suami/istri sendiri ketika sudah menikah dan tidak berganti-ganti pasang, atau  jajan. Tapi karena zaman sekarang larangan seks pra-nikah dianggap kuno, maka seluruh komponen masyarakat, pemerintah, LSM, para guru, akademisi, para ahli medis, para psikolog, para ekonom, dan rohaniwan bergandeng tangan untuk mendidik  aturan main seks yang benar dan aman, tanpa harus terkesan kuno dan usang seperti menggandeng konsep dosa dan neraka. Bila tidak berhasil, minimal memdidik atau mengajarkan siapapun untuk memakai kondom bila ingin melakukan hubungan seks dengan siapapun, sekalipun dengan suami istri sendiri untuk berjaga-jaga. Selalu memeriksakan diri secara rutin kesehatan organ reproduksinya, rajin membaca buku-buku yang berhubungan dengan kesehatan organ reproduksi, dan memahami, mewaspadai dan mengenali orang-orang yang dekat dengan kita  (Bennet, 2009).
Cara menyembuhkanya yaitu dengan menggunakan azthromycin/doxycline sebagai antimikroba yang baik untuk menyembuhkan infeksi klamidia. Jika belum sembuh maka pederita segera melakukan pemeriksaan laboratorium  dan menghubungi dokter spesialai. Semua prosedur pengobatan harus diikuti sampai tuntas, infeksi ini dapat sembuh total, bahkan pasien memiliki kekebalan tubuh alami (Bennet, 2009).
5.      HIV / AIDS
Penyebab penyakit AIDS adalah Virus HIV(Human Imunno Virus), masa inkubasinaya bervariasi dari 2 minggu sampai 2 bulan. Tapi umumnya 26-42 hari. AIDS adalah singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit ini adalah kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi virus HIV sendiri adalah singkatan dari Human Immuno Virus. Orang yang terinfeksi oleh virus ini tidak dapat mengatasi serbuan infeksi penyakit lain karena sistem kekebalan tubuhnya menurun terus secara drastis. Penyebab : Human Immune Deficiency Virus, Lymphadenopati associated virus (LAV), Human T cell leucemia virus III, Human T cell lymphotrophic virus, yang ditemukan di Prancis oleh Luch F Montaigner tahun 1983 (BKKBN, 2005)
Penularan dapat melalui hubungan seksual dengan pasangan yang menderita HIV positif, jarum suntik yang tercemar HIV positif, transfusi darah atau produk darah yang mengandung HIV, dan ibu hamil yang mengidap HIV positif kepada bayi dalam kandungannya melalui air ketuban atau plasenta (BKKBN, 2005).
Menurut (Suwarso, 2003) gejala yang sering timbul adalah:
1)        Membesarnya kelenjar getah bening
2)        Sering mengalami demam kurang lebih 3 bulan tanpa diketahui penyebabnya (malam hari)
3)        Terjadinya penurunan berat badan 10% atau lebih
4)        Keadaan umumnya makin lemah
5)        Dapat disertai diare kronis (sering buang air besar dan encer) selama 1 bulan atau lebih
6)        Adanya gangguan syaraf yang dapat menghambat aktivitas normal sehari-hari.
Cara-cara penularan HIV/AIDS: (Danny, 2006)
1)        Hubungan seks.
2)        Penggunaan jarum suntik yang pernah digunakan oleh orang lain yang pernah tertular HIV
3)        Transfusi darah yang mengandung HIV
4)        Hubungan perinatal, yakni dari ibu hamil kepada janin atau bayi yang disusui.
Hubungan AIDS dengan PMS :
Infeksi menular seksual seperti gonoroe, sifilis, klamidia, dan herpes genital mempunyai mempunyai cara penularan yang sama persis dengan AIDS. Adanya PMS lain di luar AIDS sangat mempercepat penyebaran HIV, karena PMS lain itu bisa menimbulkan luka-luka kecil pada alat kelamin yang memudahkan HIV masuk kedalam dalam tubuh pada saat berhubungan seks dengan orang yang HIV positif. Bila orang mempunyai PMS, maka risiko untuk tertular HIV menjadi 5-10 kali lebih tinggi.
2.3 Peran Bidan Dalam Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Bidan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang seks yang aman, meskipun sebenarnya tidak ada seks yang aman kecuali setia dengan pasangan sendiri yang sudah teruji bebas penyakit kelamin apapun. Dimana Penyuluhan ini diberikan kepada masyarakat agar masyarakat mewaspadai ciri penyakit ini dan segera datang ke tenaga kesehatan untuk segera diobati. Penyuluhan yang ini penting, karena Penyakit Menular seksual bisa tidak menunjukkan gejala apapun selama berbulan-bulan sampai akhirnya sudah terlambat. Memeriksakan diri secara teratur bagi diri sendiri dan pasangan untuk mendekteksi sedini mungkin semua potensi ancaman penyakit kelamin (dan seluruh penyakit pada umumnya). Khususnya bagi wanita hamil, agar memeriksakan diri lebih dulu ketika usia kandungan masih muda, dan suaminya juga harus berkomitmen untuk memeriksakan diri.







BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke orang lain saat berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan anak-anak) bisa tertular penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore, sifilis, herpes, HIV/Aids , klamidia . Untuk mencegah seseorang (terutama para remaja) dari PMS, informasi yang tepat harus diberikan sejak dini. Informasi yang diperlukan tersebut dapat diperoleh melalui klinik-klinik kesehatan, sekolah, rumah sakit swasta ataupun puskesmas. Jika seseorang telah mendapati gejala dari PMS, sebaiknya secepatnya memeriksakan diri ke tenaga kesehatan agar mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih cepat.

3.2  Kritik & Saran

“Tiada gading yang tak retak”, ibarat itulah kalimat yang dapat kami ucapkan. Karena itu kami dengan lapang dada menerima segala kritik ataupun saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai ” Penyakit Menular Seksual”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar